Hampa. Saat-saat
atau ketika kita merasa tidak berguna. Saat kita merasa tidak puas dengan
kehidupan. Tidak puas dengan apa yang kita raih. Kadang juga karena bingung
dengan segala yang terjadi dalam hidup kita. Hampa juga bisa karena
ketidakpuasan kita atas respon orang lain atas diri kita, sehingga kita merasa
tidak berharga, tidak berguna. Walhasil, kita sedih, merana, dan bingung dengan
kehidupan kita.
Saat seperti ini,
yang dibutuhkan adalah kesadaran akan makna eksistensi
kita. Kita harus menyadari bahwa setiap kondisi yang kita hadapi adalah
kehendak Yang Maha Kuasa. Karena memang kenyataannya kita sering tidak berkuasa
atas diri kita sendiri. Kita tidak kuasa atas kehendak dan hati kita.
Tuhan menciptakan
kita dengan berbagai kondisi, agar kita sadar bahwa ketergantungan kita atas
Tuhan sangatlah nyata. Itu sebabnya tidak bisa kita berlaku sombong dan merasa
bisa lepas dari Tuhan. Mengakui ketidakberdayaan diri adalah bagian daripada
keimanan kita pada Sang Pencipta.
Kesadaran akan
ketergantungan kita akan kekuasaan Tuhan, akan menjadikan kita kuat menahan
emosi atas segala kondisi yang kita hadapi. Kita tidak akan berputus asa atas
rahmat Tuhan, meskipun kondisi yang sedang kita hadapi tidaklah seperti apa
yang kita inginkan. Di sinilah kekuatan spiritual
kita bagi kehidupan ini. Itu sebabnya orang yang beriman dalam kondisi apapun,
tetaplah optimis dan tidak berputus asa.
Naik turun keimanan
kita ibarat air laut. Demikian juga kondisi hati kita. Kadang pasang, kadang
surut. Saat surut adalah saat-saat kita mengalami krisis. Saat kondisi sulit,
sedih, merasa tidak berguna adalah kondisi kritis
kita dalam menjaga optimisme. Kondisi
ini sering menjadikan kita merasa lelah, merasa bingung dengan langkah hidup.
Kebingungan inilah yang membuat kita stagnan, berhenti
melangkah. Kadang malah kita ingin menyerah, ingin berhenti dan mengalah begitu
saja.
Saat-saat seperti
inilah kita memerlukan dorongan dari luar diri kita. Kita membutuhkan orang
lain untuk mendorong kita yang sedang “mogok”. Saat-saat seperti ini mesin
penggerak dalam diri kita sedang tidak bekerja seperti semestinya. Hati kita
gundah, pikiran kita kalut, jiwa kita bingung dan badan kita pun menjadi lemah.
Kondisi seperti ini sering terjadi pasang surut dalam kehidupan kita. Saat
kondisi ini terjadi kitapun menjadi seolah tidak berdaya untuk bangkit.
Saat dalam kondisi
“mogok”, yang dibutuhkan dalam diri kita adalah bertahan. Kita harus bersabar
dengan segala kondiri yang kita hadapi sambil berdoa akan ada kekuatan dari
luar diri kita yang bisa mendorong dan memberi energi bagi jiwa, pikiran dan
hati kita. Jika pun sampai pada titik tertentu kita belum mendapatkan
rangsangan dari luar, maka kita tetap harus bersabar. Karena pada waktunya
Tuhan akan membisikkan dalam jiwa kita, sehingga kita bisa bangkit, merangkak
dan berjalan secara perlahan. Kekuatan inilah yang kadang sering kita rasakan
dalam kehidupan. Setelah mengalami kemandegan, kita bisa bangkit
secara perlahan meskipun kadang kita tidak menyadari darimana kekuatan itu
datang.
Sebenarnya banyak
hal yang bisa memberikan rangsangan dalam diri kita agar terhindar dari kondisi
“mogok” ini. Kita membutuhkan inspirasi yang bisa mengugah kita untuk bangkit
dan bergerak kembali ke arah yang ingin kita capai dalam hidup.
Jika banyak orang
mencari hiburan untuk merelekkan pikiran mereka, sebenarnya masih banyak cara
yang bisa kita bisa melakukan. Kita bisa membaca seruan Tuhan (Al-Quan adalah
obat), yang akan menyadarkan kita untuk terus melangkah. Sehingga menggugah
diri kita untuk bangun dan bangkit kembali.
Selain itu kita
bisa membaca sejarah perjuangan para Nabi, Kyai, Ulama, dan pejuang lainnya.
Karena sejarah keprihatinan para pejuang bisa menyadarkan kita bahwa mereka
lebih menderita daripada kita. Kita bisa melihat banyak orang hebat di dunia
ini dikarenakan beratnya perjuangan mereka dalam menghadapi cobaan hidup ini.
Kata-kata dari
orang lain (mentor) adalah cara yang paling ampuh untuk menggugah diri kita
untuk bangkit. Semangat dari para motivator
ini akan menggugah diri kita untuk bangkit dan berjuang kembali. Karena
semua seruan itu ibarat energy
drink yang siap merangsang syaraf kita untuk kuat dan menggairahkan
jiwa dan raga kita kembali untuk melangkah.
Itu sebabnya dalam
kehidupan ini kita harus selalu mendengar, menggali segala ilmu agar jiwa kita tidak kering, gersang dan lemah. Oleh karena itu, ilmu adalah
bagian dari kekuatan dalam diri kita yang tidak akan pernah mati dan akan
selalu merangsang jiwa kita untuk bergerak.
Wallahua’almubishawab.
Ditulis oleh : Wajiran, S.S., M.A.